PENYUSUNAN
SATUAN ACARA
PENYULUHAN
PENYIMPANGAN SEKSUAL (Veyourisme)
Topik : Penyimpangan
seksual (Veyourisme)
Penyuluh : Mahasiswa
Kelompok Sasaran : Mahasiswa
Tanggal/Bln/Thn : 25/04/2015
W a k t u : 60 menit
A.
LATAR BELAKANG
Cara utama untuk mendapatkan
kepuasan seksual ialah dengan objek lain atau dengan cara lain yang dianggap
keluar dari batas normal. Umumnya deviasi seksual ini dikategorikan sebagai
parafilia. Parafilia merupakan gangguan perilaku psikoseksual, yang menyimpang
dari norma-norma dalam hubungan seksual yang secara sosial tidak dapat
diterima. Penderita senantiasa menggunakan fantasinya untuk mencapai kepuasan
seksual. Fantasi ini cenderung berulang mendadak dan terjadi dengan sendirinya.
Penyebab utama biasanya berhubungan dengan faktor psikologis. Sedangkan
gangguan fungsi karena kelainan atau gangguan organik pada alat kelamin, tidak
dimasukkan dalam parafilia. Istilah voyeurism, dari kata Prancis berarti melihat,
mengacu pada keinginan untuk memandang tindakan dan ketelanjangan hubungan
seks. Voyeurisme ialah keadaan seseorang yang harus mengamati tindakan sexual
atau ketelanjangan (orang lain) untuk memperoleh rangsangan dan pemuasan
seksual. Voyeurisme adalah preokupasi rekuren dengan khayalan dan tindakan yang
berupa mengamati orang lain yang telanjang atau sedang berdandan atau melakukan
aktivitas seksual. Gangguan ini juga dikenal sebagai skopofilia. Masturbasi
sampai orgasme biasanya terjadi selama atau setelah peristiwa. Voyeurisme ini
merupakan kegiatan mengintip yang menggairahkan dan bukan merupakan aktivitas
seksual dengan orang yang dilihat.
Menurut
penelitian yang dilakukan lembaga kesehatan Jerman, Bremen Health awal Juli 2006 lalu, di negara Jerman,
Swiss, Austria dan Perancis sebanyak 43
% dari pelaku Voyeurisme melakukan pengintipan dari ruang kos atau apartemen.
Sementara 17 % melakukan dari jendela hotel, 24 % melakukannya ke rumah
tetangga, sedangkan 66 % mengintip siapa saja yang penting wanita, baik dikenal
maupun pacar sendiri,sedang ganti baju, mandi, sedang bersetubuh, ataupun
sedang mengganti pembalut. Arti dari hasil tersebut adalah komposisi ruang
memang bisa berganti, namun bagi yang terbiasa melakukan kegiatan mengintip,
setiap kesempatan kelihatannya akan dimanfaatkan untuk mengekspresikan
perbuatan itu. Meski perbuatannya itu tergolong dalam kategori kelainan
seksual. Masih menurut hasil penelitian Bremen Health, para pecandu mengintip
ini jutru paling besar berpendidikan setingkat SMU, Diploma, S1, dengan status
lajang dan banyak melakukan hal ini dikeramaian. Adapun obyek bagian tubuh wanita yang menjadi
sasaran adalah bagian dada wajah dan leher. Sementara bagi mereka yang
berpendidikan S1 atau Pascasarjana, kegiatan mengintip ini dilakukan dengan
cara yang lebih modern. Artinya mereka menggunakan binocular
untuk menyalurkan hobinya tersebut. Asalkan kepuasannya tersalurkan dan
tingkat keamanannya terjamin. Pelaku voyeurisme ternyata tidak sekadar
keranjingan mengintip, sebab sebagian pelaku mengaku bahwa perbuatan mengintip
akan disertai dengan masturbasi. Sejumlah pelaku secaras engaja ada yang
berhasil merekam hasil intipan mereka yang tentunya akan dapat diintip (kaliini
ditonton) berkali-kali. Yang perlu dikhawatirkan adalah pelaku voyeurisme yang
menyebar-nyebarkan gambar kepublik. Bisa jadi video atau gambar foto yang
diambil para pelaku voyeurisme menjadi kasus besar yang memalukan korban
pengintipan. Apapun alasannya voyeurisme tetap membahayakan kita
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang di
maksud dengan Voyeurisme?
2. Menjelaskan
tentang diagnosis Voyeurisme!
3. Menyebutkan
penyebab dari Voyeurisme!
4. Bagaimana
cara penanggulangan Voyeurisme?
5. Bagaimna
cara pencegahan Voyeurisme?
C.
TUJUAN
Penyuluhan ini bertujuan untuk
mengetahui tentang pengertian Voyeurisme, diagnosis Voyeurisme, penyebab
Voyeurisme, cara penanggulangan Voyeurisme, dan cara pencegahan Voyeurisme.
D.
MANFAAT
Diharapkan dari pembuatan makalah
ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan literature bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Voyeurisme
Voyeurisme berasal dari bahasa Perancis Voyeur yang
berarti "melihat/mengintip".
Arti sebenarnya dari voyeurisme adalah tindakan untuk mendapatkan
rangsangan maupun kepuasan seks, dengan terlebih dulu melihat orang lain
telajang bahkan melepaskan pakaian. Namun anehnya, orang yang menderita
voyeurisme baru merasa puas, jika orang yang diintip itu tidak tahu jika
dirinya dilihat.
Voyeurisme adalah sebuah kelainan jiwa, di dunia kedokteran dikenal sebagai
istilah skopofilia. Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak
terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang
berlainan jenis atau sejenis tergantung orientasi seksual berbeda yang sedang
telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan kegiatan seksual. Dari ini,
penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual. Voyeurisme sejati tidak akan
terangsang jika melihat seseorang yang tidak berpakaian dihadapannya. Mereka
hanya terangsang dengan melakukan pengintipan. Dengan mengintip mereka mampu
mempertahankan keunggulan seksual tanpa perlu mengalami risiko kegagalan atau
penolakan dari pasangan yang nyata.
B.
Diagnosis
Voyeurisme
Menurut American Psychiatric Association dalam Diagnostic and Statistical
Mannual of Mental Disorder fourth edition (DSM-IV), kriteria diagnosa untuk voyeurisme
ialah seperti berikut :
1. Seseorang
dengan kebiasaan melihat orang yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian,
atau orang lain yang sedang melakukan aktivitas seksual, yang dilakukan untuk
membangkitkan hasrat seksual, dilakukan berulang kali, dan terus menerus dalam
kurun waktu minimal 6 bulan.
2. Pelaku
voyeurisme mengalami penderitaan dan frustasi berat sehingga mengganggu
hubungan sosial, pekerjaan, dan aktivitas hariannya yang lain disebabkan oleh
fantasi seksual dan kegiatan pengintipannya.
Menurut
PPDGJ-III, pedoman diagnostic pada voyeurisme adalah;
1. Kecenderungan
yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang sedang berhubungan seksual
atau berprilaku intim seperti sedang menanggalkan pakaian.
2. Hal ini
biasanya menjurus kepada rangsangan seksual dan masturbasi, yang dilakukan
tanpa orang yang diintip menyadarinya.
C. Penyebab Voyeurisme
1.
Rasa ingin tahu yang sangat mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual.
2.
Penyebab voyeurisme mencakup faktor psikososial. Menurut teori
psikoanalitik klasik dikatakan bahwa pasien penyimpangan seksual (voyeurism)
dikarenakan kegagalan dalam menyelesaikan proses perkembangan normal menuju
penyesuaian heteroseksual.
3. Ketidak-adekuatan relasi dengan lawan jenis dan rasa ingin tahu yang sangat
mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual.
4. Pernah mengalami trauma psikologis dari perlakuan jenis kelamin lain yang
menambah kadar rasa kurang percaya diri.
5. Adanya
informasi dari berbagai media yang menyumbang pada kebebasan pornografi
6. Adanya rauma
pada usia anak.
7. Ketidaksengajaan
melihat orang sedang telanjang, sedang melepas pakaian, atau orang yang sedang
melakukan hubungan seksual.
D. Cara Penanggulangan Voyeurisme
·
Psikoterapi
Psikoterapi berorientasi tilikan adalah pendekatan yang paling sering
digunakan untuk mengobati parafilia. Pasien memiliki kesempatan untuk mengerti
dinamikanya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perkembangan
parafilia. Secara khusus, mereka menjadi menyadari peristiwa sehari-hari yang
menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya. Psikoterapi juga memungkinkan
pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal dan
menemukan metoda yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksual.
·
Cognitive-Behavioral
Therapy (CBT)
Pada terapi ini seorang voyeur harus belajar untuk mengendalikan impuls
(dorongan) untuk melihat aktivitas seksual orang lain dan memahami cara
mendapatkan kepuasan seksual yang sebenarnya. Pasien diberi keberanian dalam
mengutarakan masalah yang terdapat pada perilaku mereka serta berusaha mengubah
pola piker yang salah. Terapi ini juga menggabungkan teknik yang mencegah
terjadinya relaps yaitu dengan membantu pasien untuk mengontrol perilaku yang
tidak diinginkan dengan cara menghindari situasi yang mungkin membangkitkan
keinginannya tersebut. Keberhasilan terapi ini belum jelas.
·
Farmakoterapi
Farmakoterapi biasanya diberikan
pada voyeurisme yang sulit terkendali dengan psikoterapi maupun Behavioral
terapi. Farmakoterapi bertujuan untuk menurunkan dorongan yang kuat (kompulsif)
yang dihubungkan dengan parafilia.
Beberapa golongan obat yang dapat membantu penyembuhan antara lain:
Anti depresan.
Preparat hormonal- GnRH (gonadotropin-releasing
hormones).
Anti-androgen, Cyproteron Asetat (CPA) dan
Medroxyprogesteron Asetat (MPA).
· Sosioterapi
Pendekatan kepada penderita
hendaknya dengan penuh pengertian, tidak dengan menghakimi atau mempersalahkan.
Selain itu, bisa dicoba untuk menyelami perasaan, karena acapkali gangguan
tersebut terbentuk dari keinginan dan pengalaman masa lalu.
E. Cara Pencegahan Voyeurisme
Dalam banyak hal voyeurisme dapat ditemukan secara
tidak sengaja dengan cara pemuasan seksual lainnya, tetapi tidak ada yang bisa
memprediksi bagaimana hubungan antara hal tersebut terjadi. Masyarakat dapat
meminimalisir insiden voyeurisme dengan cara antara lain menutup tirai, menutup
jendela rapat-rapat, dan melakukan aktivitas seksual di tempat tertutup dan
sebaiknya tanpa cahaya lampu bagi yang tinggal di kawasan padat penduduk
misalnya rumah susun, asrama, dan sebagainya.
Selain itu diperlukan suatu undang-undang atau
peraturan yang dapat menindak tegas setiap bentuk perilaku menyimpang seksual
termasuk voyeurisme, yang dapat menyeret pelakunya ke meja hukum sehingga ada
rasa takut untuk mengulangi perbuatannya, karena selama ini voyeurisme dianggap
bukan sebagai tindakan kriminal karena sifatnya yang tidak menyakiti korbannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Voyeurisme adalah tindakan untuk mendapatkan rangsangan maupun
kepuasan seks, dengan terlebih dulu melihat orang lain telajang bahkan
melepaskan pakaian. Namun, orang yang menderita Voyeurisme baru merasa puas,
jika orang yang diintip itu tidak tahu jika dirinya dilihat. Kerena dengan mengintip mereka mampu
mempertahankan keunggulan seksual tanpa perlu mengalami risiko kegagalan atau
penolakan dari pasangan yang nyata.
2. Pada
dasarnya voyeurisme merugikan kedua belah pihak yaitu pelakunya sendiri dan
korban tentunya. Voyeurisme sulit untuk dihentikan bila tidak ada motivasi dan
kesadaran dari pelakunya, diperlukan suatu aturan hukum yang dapat menindak
tegas pelakunya.
B. Saran
Saran yang dapat kami ajukan yaitu sebaiknya jika
ingin mandi dan mengganti pakaian usahakan menutup tirai atau menutup jendela
rapat-rapat. Bagi yang ingin melakukan hubungan seksual sebaiknya melakukan
aktivitas seksual di tempat tertutup dan sebaiknya tanpa cahaya lampu bagi yang
tinggal di kawasan padat penduduk misalnya rumah susun, asrama, dan sebagainya.
A.
KEGIATAN
Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan
Penyaji : Ilham
Margito. Mahum
Observer : Mahasiswa
Waktu :
Tempat : Kampus STIKES Nani Hasanuddin Makassar
B.
METODE
Ceramah dan tanya jawab.
C. MEDIA
Poster(gambar) dan Leaflet
D.
EVALUASI
Menjawab
pertanyaan dari pemateri
dan mahasiswa
No
|
Pokok pembahasan
|
Sub pokok pembahasan
|
Metode
|
Alat peraga
|
evaluasi
|
1
|
Pembukaan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Penjelasan mengenai Veyourisme
|
- Latar
belakang
- Penyebab
- Tanda
dan gejala
|
Ceramah
|
Poster/Leaflet
|
|
3
|
Pengobatan
|
Terapi
|
Ceramah
|
Poster/Leaflet
|
|
4
|
penutupan
|
-
|
-
|
-
|
-
|